You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Logo Desa Bongkok
Logo Desa Bongkok
Bongkok

Kec. Paseh, Kab. SUMEDANG, Provinsi JAWA BARAT

Selamat Datang di Sistem Informasi Desa Bongkok, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang - Lihat Selengkapnya

Sejarah Desa

MARGANING CARITA 21 April 2025 Dibaca 47 Kali
Sejarah Desa

Desa Bongkok merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang. Secara geografis, letaknya berada di bagian utara kecamatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Conggeang. Jarak dari kantor kecamatan ke Desa Bongkok sendiri sekitar 1,25 kilometer. Berdasarkan statusnya, Desa Bongkok tergolong sebagai desa pedesaan dengan klasifikasi desa swakarsa.

Asal-usul nama Bongkok tidak lepas dari cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, di desa ini terdapat sebuah mata air bernama Cibongkok. Di tepi mata air tersebut, tumbuh pohon nangka yang batangnya condong (bongkok) menjulur ke arah sumber air. Masyarakat percaya buah nangka yang tumbuh di pohon itu memiliki kekuatan gaib, karena tidak bisa dipotong atau dibelah dengan pisau maupun golok. Karena keunikan tersebut, mata air itu dinamakan Cibongkok, dan nama itu kemudian diabadikan menjadi nama desa hingga sekarang.

Sejarah panjang Desa Bongkok juga berhubungan erat dengan perjalanan prajurit Kerajaan Mataram. Pada masa penyerangan ke Batavia, terdapat lima orang prajurit yang tidak kembali ke daerah asalnya, melainkan memilih menetap di wilayah ini. Mereka adalah Suta Braja, Rambut Braja, Mbah Ali Basah, dan Mbah Gomplok. Para prajurit tersebut kemudian hidup, beranak pinak, dan menjadi cikal bakal masyarakat Bongkok. Tidak hanya menetap di desa ini, keturunan mereka juga tersebar ke wilayah sekitar seperti Conggeang dan Paseh. Berdasarkan catatan sejarah, sejak tahun 1816 hingga 1940, pemerintahan Desa Bongkok dijalankan oleh kelima prajurit tersebut, dan setelahnya dilanjutkan oleh generasi penerusnya.

Memasuki era modern, perkembangan Desa Bongkok semakin pesat. Pada tahun 1980, luas wilayah yang besar dan jumlah penduduk yang terus meningkat membuat pemerintah melakukan pemekaran desa. Dari satu wilayah yang awalnya bernama Desa Bongkok, kemudian dimekarkan menjadi dua desa, yaitu Desa Bongkok dan Desa Padanaan.

Secara topografi, wilayah Desa Bongkok memiliki bentang alam berupa dataran yang bercampur dengan lereng, dengan ketinggian sekitar 576 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, desa ini membawahi tiga dusun dengan sembilan RW dan 32 RT (berdasarkan data Potensi Desa tahun 2013). Adapun luas wilayahnya mencapai 442 hektar, yang terbagi ke dalam beberapa peruntukan, di antaranya: lahan pesawahan 166 hektar, lahan perumahan dan pekarangan 64,7 hektar, hutan rakyat 175 hektar, lahan pengangonan 25 hektar, dan sisanya digunakan untuk keperluan lainnya.

Berdasarkan data Potensi Desa tahun 2014, jumlah penduduk Desa Bongkok tercatat sebanyak 4.317 jiwa, terdiri dari 2.178 laki-laki dan 2.139 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.373 KK. Dengan luas wilayah yang ada, kepadatan penduduk mencapai 977 jiwa per kilometer persegi.

Sebagian besar penduduk Desa Bongkok bermata pencaharian di sektor pertanian, baik lahan basah maupun lahan kering. Komoditas utama yang dihasilkan adalah padi, sementara salah satu produk unggulan dari pertanian lahan kering adalah salak Bongkok. Pada tahun 2002, masyarakat berhasil mengembangkan jenis salak hasil persilangan antara salak Bongkok dengan salak pondoh. Hasilnya dikenal dengan nama Salak Selebong (Seleman Bongkok) yang hingga kini menjadi salah satu identitas desa. Di luar pertanian, masyarakat juga ada yang bergerak di bidang industri, perdagangan, konstruksi, maupun jasa, dengan industri meubel menjadi salah satu yang cukup menonjol.

Dari sisi pariwisata, Desa Bongkok belum memiliki destinasi unggulan. Namun, potensi wisata budaya dan sejarah cukup besar, terutama karena adanya situs makam tokoh-tokoh penting pendiri desa. Di antaranya adalah makam Mbah Suta Braja di Dusun Bakan Jati, serta makam Mbah Rambut Braja dan Mbah Ali Basah di Dusun Lembur Gede. Makam-makam ini diyakini masyarakat sebagai bagian dari warisan leluhur yang layak untuk dijaga dan dilestarikan, sekaligus berpotensi dikembangkan sebagai wisata cagar budaya.

Dengan sejarah panjangnya, Desa Bongkok tidak hanya menyimpan kisah legenda dan jejak perjuangan prajurit Mataram, tetapi juga terus berkembang sebagai desa yang produktif, memiliki kekayaan pertanian, serta peluang wisata budaya yang dapat menjadi aset berharga di masa depan.

Sumber: Sumedang Tandang, https://sumedangtandang.com/direktori/detail/desa-bongkok

Bagikan Artikel Ini
Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image